Talkshow Happy Friday Trijaya FM Sby : Rahasia Sukses Bisnis Online (part-1)

Talkshow Happy Friday Trijaya FM Sby : Rahasia Sukses Bisnis Online (part-2)

Talkshow Happy Friday Trijaya FM Sby : Rahasia Sukses Berbisnis Online (part-3)

Today's Words

Bersyukurlah dengan apa yang kita miliki.
Dan lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan hari ini demi masa depan kita.
Allah SWT tidak akan mengubah nasib seseorang, jika orang tsb tidak mau mengubah nasibnya sendiri.
Go...Go...Go...!!!

Selasa, 13 Januari 2009

LAILA ASRI, Cita-cita Sederhana Sang “Momtrepreneur”


(Dimuat di Tabloid NOVA edisi 1090/XXI 12-18 Januari 2009)

Di Surabaya, ibu muda ini memproduksi body care rumahan. Walau usahanya sudah sukses, ia tak tertarik untuk membuka toko. Bekerja di rumah sambil mengurusi si kecil adalah impian sang “momtrepreneur”


Bagaimana muncul ide memproduksi body care?

Sebenarnya usaha saya ini berdiri karena ketidaksengajaan. Tidak ada juga background pendidikan di bidang itu. Ceritanya, setiap bulan saya membeli kebutuhan body care impor. Lama kelamaan harganya kok tambah mahal. Saya pikir, memang apa sih bahannya kok harganya naik terus. Apa memang di Indonesia tidak ada bahan untuk membuatnya.


Lalu?

Dari situ saya mulai tergelitik mancari tahu. Kalau di sekitar kita ada bahannya dan bisa membuat sendiri kan pasti bisa lebih murah. Di tengah rasa penasaran itu saya menemukan tulisan hasil riset AC Nielsen, bahwa salah satu Negara yang 100 persen punya bahan aku membuat body care adalah Indonesia. Negara lain justru impor dari Indonesia, baik mentah maupun setengah jadi. Nanti kalau sudah jadi produk dijual kembali ke Indonesia.

Bahkan, nama Indonesia dengan keragaman remahnya itu sering dipakai orang luar negeri untuk memasarkan produk mereka, lho. Contohnya, ada body care milik orang Amerika Serikat dengan nama Indonesia Secret yang dalam tulisannya sengaja menjual cerita tentang Indonesia dengan segala kekayaan alam dan hasil rempahnya.


Jenis body care apa yang pertama Anda buat?

Saya mulai coba yang ringan dulu. Misalnya body lotion. Mulai dari bahan yang dibutuhkan, ukuran, sampai cara membuat. Cuma persoalannya, bahannya tidak disebutkan menggunakan bahasa latin. Setelah diartikan, eh, ternyata bahannya sangat sederhana.


Apa bahannya?

Perpaduan rempah yang kita termui sehari-hari. Seperti tepung beras, garam kasar, dll.


Pertama mencoba langsung berhasil?

Saya membuat body lotion dalam takaran kecil di panci. Setelah berhasil, saya pakai sendiri. Jadi bisa dikata, tubuh sendiri yang saya jadikan uji coba. Dengan begitu, manfaatnya bisa dirasakan. Ada juga yang saya bagikan ke teman-teman kuliah (laila (27) saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Manajemen Pemasaran di Unair, Surabaya). Ternyata, mereka bilang produk saya bagus.


Dari situ naluri bisnis Anda muncul?

Saya pikir kenapa ini tidak dijadikan usaha. Saya toh punya mimpi punya usaha rumahan supaya bisa mengurus anak (Laila memiliki satu putri, Alyka (1,5) dan tengah mengandung anak kedua). Setelah saya sampaikan kepada suami, Andi Sufariyanto, beliau sangat mendukung dan juga meyakini kalau kelak usaha body care dapat berkembang dengan baik.


Kapan berproduksi dalam jumlah besar?

Semakin lama ternyata usaha ini menjanjikan. Saya pun mulai berani memproduksi beberapa jenis body care seperti scrub, bath salt, juga sabun. Setelah jadi, saya beri merek dalam Pourvous, yang dalam bahasa Perancis, artinya untukmu. Ya, biar kerenlah. Meski produk rumahan tapi namanya kan harus menjual juga hahaha.Sejak berproduksi dalam jumlah besar, saya mulai merekrut karyawan dari farmasi. Jadi selain dari bahan-bahan yang ada, saya memberi formula tambahan sehingga bisa menghasilkan produk yang lebih bagus.


Berapa karyawan yang Anda rekrut?

Saya punya tujuh orang karyawan. Pekerjaan serabutan, mulai memproduksi, packing, sampai melakukan penjualan. Mereka bisa mengerjakan apapun.


Saat ini produk apa saja yang sudah dikeluarkan Pourvous?

Ada lima seri, masing-masing seri minimal ada tiga item. Kelima seri tersebut, yaitu body care series, foot care series, bath series, spa series, aromatheraphy series. Dalam waktu waktu dekat kami akan meluncurkan produk baru, masing-masing lip balm, body mist dan cologne.


Awal berbisnis cukup lancar?

Itulah yang membuat semangat kami makin menggebu. Pertama kali ikut pameran di Makassar Nopember 2007, lima jenis barang yang kami bawa laris manis, bahkan sampai kurang. Waktu itu saya bawa uang Rp 22 juta. Sejak itu, kami rajin ikut pameran di berbagai daerah, di jawa maupun luar jawa, termasuk acara tahunan Inacraft dan PRJ di Jakarta.Bukan itu saja, ketika pameran di Makassar itu, saya juga langsung membuka jalur dengan membentuk agen di sana. Alhamdulillah, mereka juga antusias, makanya Pourvous cukup banyak beredar di sana.


Selain pameran?

Saya punya situs yang dapat diakses dengan mudah oleh siapa saja. Bagi mereka yang berada di luar kota atau luar pulau tak jarang melakukan pemesanan barang lewat situs. Banyak sekali orang dari luar pulau justru tahu produk kami dari situs. Dengan demikian sangat mudah bagi saya melakukan transaksi. Sistemnya, setelah mereka transfer barang menyusul saya kirim.


Persaingan di industry kecantikan cukup ketat, bagaimana strategi Anda?

Pastinya meningkatkan kualitas. Misalnya dengan mengikuti berbagai pameran yang diadakan pemerintah maupun swasta. Dari sana, kami bisa membandingkan kualitas produk, sekaligus untuk mengukur sejauh mana minat masyarakat terhadap produk. Bulan lalu saya ke Malaysia untuk mengikuti pertemuan produsen dan konsumen dari 50 negara. Saya sangat kagum dengan pemerintah Malaysia. Di sana, pengusaha seperti kami sangat diperhatikan. Mereka dengan getol mengadakan kegiatan-kegiatan serupa.


Anda yakin Pourvous mampu bersaing secara global?

Dari pertemuan di Malaysia itu saya tahu bahwa secara kualitas produk saya tidak kalah. Yang membuat saya kalah cuma satu, yakni soal kemasan. Di Malaysia misalnya, meski produk rumahan tapi kemasannya sangat bagus, sudah melebihi produk pabrikan. Baik wadah maupun labelnya terlihat mewah. Ke depan, saya akan melakukan hal yang sama supaya tampil lebih menarik di pasaran.


Apa target Anda untuk Pourvous?

Saya akan mengembangkan ke usaha pabrikan. Karena dengan produk pabrikan maka secara kualitas akan bisa lebih terjaga dan selalu terukur. Cuma, untuk mengurangi cost, kami tidak perlu membuat pabrik. Pembuatanya cukup memesan ke pabrik yang biasa memproduksi body care. Tapi, soal formula masing-masing produk tetap dari kita semua. Hal ini biasa kok dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lain.


Berapa harga produk Anda?

Kalau di antara body care lokal, harga Pourvous masih di atasnya. Tapi kalau dengan produk asing kami sedikit di bawahnya. Saya sengaja demikian, karena pangsa pasar kami adalah menengah ke atas.


Omzetnya?

Yang pasti sejak berdiri Nopember 2007 peningkatannya sekitar 10 kali lipat. Karena itulah kami begitu optimis. Bahkan, kami sekarang cenderung kedodoran karena permintaan terus meningkat.


Anda punya agen di mana saja?

Kalau di Jawa ada di Jember, Yogyakarta dan Semarang. Tapi kalau di luar Jawa ada di Samarinda, Makassar juga Batam. Kami akan terus membuka agen. Oiya, kami juga menjual produk spa dan aromaterapi dalam bentuk curah, kiloan atau literan untuk salon, spa atau hotel.


Keluarga mendukung bisnis Anda?

Kebetulan, suami saya adalah pengusaha jadi dia juga punya kontribusi usaha ini. Secara structural dia adalah atasan saya, sebab Pourvous merupakan anak perusahaan dari Adila Group yang dipimpin oleh suami saya (Andi Sufariyanto). Kendati hubungan suami istri, tapi kami tetap bekerja secara professional. Setiap rupiah uang perusahaan yang keluar pasti ada pertanggungjawabannya, sebab kami juga punya tenaga akuntan yang terus melakukan pencatatan lalu lintas keuangan.


Waktu untuk anak?

Harus tetap ada. Kan memang dari awal cita-cita saya sangat simple, yaitu mempunyai bisnis yang dilakukan di rumah. Sampai sekarang Pourvous juga dikerjakan di rumah. Saya bisa usaha sambil merawat anak dengan baik. Ya, jadinya “momtrepreneur”. Hahaha.


Gandhi Wasono M.

Tidak ada komentar: